Kamis, 02 April 2009

APA BEDA KAMPANYE DENGAN TUKANG OBAT

Septiawan Santana K.

Kampanye kini di mana-mana. Facebook, dinding elektronik baru, pun jadi media. Baru-baru ini, saya mencoba mengunduh pesan antardinding, di facebook, dengan pertanyaan: apa bedanya kampanye dengan tukang obat di alun-alun....

Saya terkaget-kaget. Banyak pesan masuk ke dinding facebook, menanggapi. Setelah berbagai pesan itu dibereskan EYD-nya, saya berniat mengumpulkan, dan mendeskripsikannya. Tentu saja, tiap pendapat ini menjadi tanggung jawab saya jika ada yang sebal dan kesal saat membacanya.

Inilah di antaranya:

(Jam 10:24, 18 Maret 2009)

Bedanya mah yang satu jual obat..yang satu lagi jual janji...hahaha..betul nggak Pak?

(Jam 10:44, 18 Maret 2009)


Kalau yang yang satu, obralnya di alun alun. Kalau yang satu (lagi), jalan-jalan keliling... hehehe



(Jam 10:59, 18 Maret 2009)


Sama-sama bikin udara panas, terasa makin panas...



(11:02, 18 Maret)


Agak mirip sech...bagaikan pinang dibelah dua....



(11:32, 18 Maret)


Yang satu bikin sembuh, yang satu malah bikin tambah mual....



(11:36 18 Maret)


Yang satu pakai kopiah sama kerudung. Yang satu kayak preman.



(12:56 18 Maret)


Jelas bedalah,TERIAKANNYA....



(13:03 18 Maret)


Kalau dengerin tukang obat, nanti kita keluar duit. Tapi kalau dengerin yang kampanye, kita dapat duit....Ya pilih saja, mana yang lebih mudharat....Bukan begitu, Pak Dosen.



(17:12 18 Maret)


Tukang obat mah, teu dibaturan ku penyanyi dangdut

(Tukang obat tidak ditemani penyanyi dangdut)



(21:24 & 21:26, 18 Maret)


Sarua usahana... (sama-sama kegiatannya)

Sarua kandel bengeutna.... (sama-sama tebal mukanya)
Beda make-up-na.... (berbeda make up-nya)



(7:45, 19 Maret)


Sarua ngamodalna....Ngan, kampanye, mah, modalna kudu 100 milyar. Di alun-alun, mah, cukup 100 rebu

(sama dalam memodalinya. Namun, kampanye itu, modalnya butuh 100 milyar. Di alun-alun, cukup 100 ribu)



(16:36, 20 Maret)


Kalau kampanye pakai daerah pemilihan. Kalau tukang obat, suka-suka daerahnya...



(21:35 20 Maret)


Ini Tukang Obat:

"Ini Obat bukan sembarang obat.... Ini Obat dari negeri seberang.... Anda punya panu kadas kurap...pasti sembuh dengan sekali oles.... Nggak percaya? Silahkan Anda coba...."


Ini Caleg kampanye:

"Saudara-saudara, ... saya berjanji akan menyembuhkan Anda dari berbagai macam penyakit sosial Indonesia. Kemiskinan, kemelaratan, dan kebodohon adalah sebagiannya.... Baca selengkapnya, penyakit yang akan saya sembuhkan... uhuk... uhuk...uhuk... (sambil batuk-batuk). Lalu, saya juga .... ( terdiam sejenak karena menggaruk punggung yang gatal: kayaknya, panuan ) Maaf....Saya juga berjanji akan menghilangkan berbagai biaya yang mencekik leher rakyat. Salah satunya....uhuk...uhuk... (kembali terbatuk), biaya berobat untuk yang punya penyakit TBC seperti saya....uhuk...uhuk.... Sekian....Dukunglah saya.

Merdeka....

Lalu dengan tenang, Caleg itu mati dengan senyum di bibir yang berdarah karena TBC yang akut.


(21:39 21 Maret melalui Facebook di Ponsel)


Kampanye kalau Goal (terpilih)! Sudah harus bayar hutang. Riweuh ngumpulken (sibuk mengumpulkan) duit lagi yang sudah habis. Tukang Obat, kalau ada yang sakit, minum obat yaa pasti sembuh....



(pada 10:37, 22 Maret)


Nggak ada bedanya, kaleeeeeee!



(pada 11:11 22 Maret)


Pak dosen, kumaha komentarna atuh....hahaha

Pada pesan terakhir ini, saya cuma bisa menggaruk-garuk kulit kepada yang tidak gatal. Saya jawab:

“Saya sendiri sedang terkaget-kaget, mendapatkan tanggapan seperti ini.”

Dan, mendadak sontak degdegdeg-an. Takut disebut jadi Tukang Obat Golongan Putih.

Ih, seyeeem.***